OKSON, LUWU TIMUR,- Bupati Luwu Timur, Budiman, mengatakan, spirit dari Peringatan Hari Jadi Luwu ( HJL ) ke -756 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-78 adalah
merawat falsapah Luwu yaitu Sipakatau, Sipakainge, Sipakalebbi dan Masedi Sirri.
Falsapah inilah nilai luhur yang diwariskan secara turun temurun menjadikan Tana Luwu yang bermartabat dan memiliki pradaban yang agung.
Selanjutnya, Hari Jadi Luwu dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu itu di peringati setiap tanggal 23 Januari .
Bagi Wija To Luwu Tanggal dan Bulan tersebut adalah perekat ikatan kekeluargaan keturunan Luwu atau Wija To Luwu dimanapun berada.
” Meskipun saat ini kami terpecah dalam enam wilayah otonom, di Luwu Raya Sulawesi Selatan ada Luwu, Palopo, Luwu Utara dan Luwu Timur dan Sulawesi Tenggara ada Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. Ini semua masih masuk dalam Kedatuan Luwu.
Ketika memasuki 23 Januari kami semua menyatu dalam satu bingkai Wija To Luwu. Karena sejatinya kami punya simbol yang tertinggi yakni Singkeru Simula Jaji, yang memiliki makna Wija To Luwu terikat janji pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan persaudaraan yang tidak pernah putus sesama manusia. ” Papar Budiman.
Kabupaten Luwu Timur tetap berkomitmen menjadi bahagian kemajuan Tana Luwu.
Kehadiran kita hari ini tidak hanya untuk menyaksikan refleksi perjuangan tapi juga merawat spirit to do puli temmalara dalam bingkai bunga waru yang bermakna persatuan dalam keseimbangan dan harmonisasi.
Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin dalam sambutannya mengatakan istana kedatuan Luwu adalah simbol dunia.
Selanjutnya, ia menceritakan sepenggal sejarah orang Luwu yang berjaya di Kerjaan Riau Lingga, Pahang.
Tahukah bapak ibu sekalian, Raja Kerajaan Riau Lingga itu Sultan Mahmud, punya Perdana Menterinya yang dipertuan muda Kelana Jaya Putra Opu Daeng Marewah. Anak dari Daeng Parani Lima bersaudara dari Daeng Ri Leke yang di kebumikan di Anambas. mereka ini adalah Wija To Luwu yang pernah berjaya di semananjung Tanah Melayu.
” Jejak kejayaan orang Luwu ini saya sudah lihat saat saya menjabat sebagai Penjabat Gubernur di Kepulauan Riau. ” Kata Bahtiar Baharuddin.
Hari Jadi Luwu ke-756 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke -78. Angka 756 ini membuktikan Kerajaan Luwu itu sangat tua di Indonesia.
Kerajaan Luwu berdiri 1268, Singosari berdiri 1272, Majapahit berdiri 1295.” Itu artinya Kerajaan Luwu lebih tua 6 tahun dari Singasari. ” Ujarnya.
Jadi Tana Luwu ini sebuah kedatuan yang sangat tua sudah ada ribuan tahun silam, yang sudah memiliki peradaban dan menghasilkan karya, tatanan nilai yang menjadi Bangsa Luwu berbeda dengan bangsa lain di dunia.
Selanjutnya pergolakan 23 Januari oleh Rakyat Luwu melawan Belanda, di picu dengan Belanda masuk ke Mesjid Jami Bua dan merobek Al Qur’an. Sehingga menimbulkan kemarahan warga Luwu. Peristiwa tersebut di sebut dengan Hari Perlawanan Rakyat Luwu.
” Sesungguhnya perlawanan ini adalah perlawanan menolak penjajahan oleh belanda, selanjutnya raja – raja termasuk Raja Luwu bergabung dalam Negara Kesatuan RI. Inilah bentuk kesetiaan Kedatuan Luwu untuk NKRI. ” Jelasnya.
Tentunya lewat momentum ini kita terus berkarya, memajukan Tana Luwu dengan menjadikan Tana Luwu sebagai daerah pertunbuhan ekonomi baru di Sulsel dengan memaksimalkan Teluk Bone.
” Atas nama pemerintah pusat,dan pemerintah Sulawesi Selatan, saya mengucapkan Selamat Hari Jadi Luwu ke-756 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-78. Semoga Tana Luwu menjadi daerah yang maju dan berkembang. ” Tutupnya.
( SON/***)